Kenapa Sulit Mengajak Orang Berzakat?



Dalam sebuah rapat evaluasi Ramadhan, ada seorang fundraiser yang menyatakan keluh kesahnya. Fundraiser adalah sebutan untuk tim penggalang dana di lembaga sosial.

"Pak, kok kita susah banget ya ajak orang untuk berzakat? padahal kan sudah jelas perintahnya di Alquran kalau zakat itu wajib. Kebanyakan malah kita dicuekin begitu aja, bahkan dikira peminta sumbangan."

Lalu, saya pun senyum dan menjawab,

"Kalau gampang lantas apa perjuangan kita? Sulit memang, tapi semua itu agar kita selalu berpikir, berjuang lebih keras, berdoa lebih khusyuk, dan beribadah lebih rajin.

Jangankan kita, Rasul saja sampai berdarah-darah dalam mensyiarkan islam, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Kalau kita? Paling-paling hanya dicuekin, kan ringan sekali itu. Ga pernah kan sampai ada yang mengancam ingin membunuh gara-gara kita minta orang bayar zakat? hehe.”

Ia (fundraiser tersebut) sudah mulai memahami dengan mengangguk2. Namun, dari raut mukanya, ia masih sedikit menyimpan perasaan kesal dan sakit hati karena dicuekin atau dianggap sebagai peminta sumbangan.

Saya pun melanjutkan penjelasan kepadanya.

“Dan perlu dipahami, bahwa kenapa sulit bila kita mengajak kebaikan, karena agar kita sadar, bahwa hidayah hanyalah milik Allah, hanya Allah lah yang bisa merubah hati seseorang.

Itu sebabnya, bila kita berhasil memahamkan orang, maka kita tidak lantas sombong, karena semua itu karena Allah. Dan bila kita gagal, maka kita juga tidak berputus asa, karena ajakan kita itu sudah bernilai kebaikan.”

Ia pun mencoba untuk mencerna penjelasan yang saya sampaikan. Saya kembali bercerita untuk menguatkan mental dan semangatnya.

“Yang kita lakukan saat ini baru satu hal, yakni mengajak kebaikan. Padahal Islam memerintahkan juga hal lain, yaitu mencegah kemunkaran. Dan itu lebih besar resikonya. Coba, apakah kita berani menegur orang yang sedang berjudi atau mabuk-mabukan?”

Mendengar hal itu, ia mulai berpikir bahwa memang perjuangan dalam menegakkan kebenaran tidaklah mudah. Selalu ada tantangan dan resiko. Semua itu harus dilewati sebagai dinamika perjuangan.

Perlu dipahami juga, bahwa tidak semua orang yang mengaku islam mau menerima hukum islam. Allah telah menetapkan hukum-hukumnya melalui Alquran dan Rasulnya. Namun, seberapa besar kita mengakui kebenaran dan berusaha untuk mengaplikasikan dalam kehidupan kita?

Sebagai contoh, telah jelas bahwa pembagian harta waris adalah 2 bagian untuk laki-laki dan 1 bagian untuk perempuan. Akan tetapi, ada saja orang yang berpendapat bahwa sudah dibagi rata saja biar adil. Apakah kita menganggap bahwa Allah tidak adil?

Misal juga mengenai menutup aurat. Sebagian perempuan masih belum sepenuhnya menerima dengan alasan belum siap, atau berpendapat yang penting hatinya baik.

Zakat, yang telah jelas diwajibkan oleh Allah, bahkan sering disandingkan dengan perintah shalat, masih ada saja sebagian dari kita yang enggan untuk mengeluarkannya. Kita masih menganggap bahwa harta yang kita dapatkan adalah milik kita semua. Padahal, ada hak mustahik (golongan penerima zakat) di dalamnya.

Maka, bila kita sudah menyatakan islam, artinya segala konsekuensi harus kita jalankan, tanpa tapi dan tanpa pilah pilih. Kita harus lakukan perintah Allah dan jauhi larangan Nya. Tidak ada suka atau tidak suka, yang ada ialah ketaatan dan penghambaan.

Baca juga:

Posting Komentar

3 Komentar

  1. alhamdulillah sudah diingatkan, jazakalloh khoir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alahmdulillah, semoga bermanfaat. terima kasih sudah berkunjung

      Hapus
  2. I've been surfing online more than three hours these days, yet I by no means found any interesting article like yours. It is beautiful price enough for me. In my view, if all website owners and bloggers made good content as you probably did, the net will probably be a lot more useful than ever before. gmail login email

    BalasHapus

Terimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.