Belakangan ini, kita dihebohkan dengan berita seseorang yang mengaku bisa menggandakan uang. Siapa yang tak mau digandakan uangnya. Memang, masyarakat kita ini mudah tergiur untuk menempuh jalan yang instan. Dan yang mengherankan, tak cuma kalangan kelas bawah, bahkan kalangan berpendidikan pun turut mencoba peruntungannya. Tak hanya orang miskin, yang berkocek ratusan juta bahkan milyaran pun ikut tergoda untuk menggandakan uangnya.
Bicara soal penggandaan uang, aku punya cerita pengalaman yang menarik. Saat itu aku sedang naik Kopaja 86 jurusan Kota-Lebak Bulus Jakarta. Kebetulan penumpang tidak begitu ramai karena akhir pekan, jadi saya bisa duduk. Seperti biasa, pak sopir ngetem menunggu penumpang penuh. Di malam yang cukup melelahkan bagiku itu, ada seorang pengamen masuk.
Aku kira mau mendendangkan lagu dangdut, lumayan bisa menghibur. Apalagi kalau lagu yang dinyanyikan milik bang haji Rhoma Irama, syahdu dan bikin hati luluh. Tapi ternyata koq aku lihat dia tidak membawa gitar ataupun alat musik yang lain.
Aku perhatikan saja apa yang akan dia lakukan. “Bapak-bapak ibu-ibu mohon maaf mengganggu sebentar. Saya mau menampilkan trik sulap”, kata pemuda pengamen itu. “Oh mau sulap to ternyata”, kataku dalam hati.
Pengamen itu menlajutkan aksi sulapnya. “Mohon perhatian adakah yang punya uang lembaran seribuan? Kalau ada boleh saya pinjam untuk saya jadikan lima puluh ribu?”. Semua penumpang hanya diam. “Ayo bapak ibu ada apa ga, bener lho saya ga bohong bisa jadi 50 ribu”. Penumpang pun belum ada yang nimpalin. “Bener nih ga ada yang mau? Jangan nyesel ya nanti. Okelah saya pake uang saya sendiri saja kalau ga ada yang mau”.
Aksi sulap pun dimulai. “Coba perhatikan semua, saya punya uang kertas seribu perak. Coba dilihat, ini uang asli kan? Saya lipet, saya lipet lagi. Perhatikan baik-baik, saya buka lipatannya sedikit-sedikit. Dan..... bim salabim uangnya berubah menjadi lima puluh ribu.” Namun, penumpang pun seolah cuek dan tidak ada yang terkagum. Lalu, si pengamen pun menunjukkan uang 50 ribu nya ke beberapa penumpang untuk membuktikan keasliannya.
“Bener kan saya ga bohong, coba tadi ada yang mau saya pinjam uang seribu nya, kan sekarang bisa jadi 50 ribu”, ungkap si pengamen dengan penuh percaya diri. Aku pun hanya memperhatikan tanpa kagum dan tepuk tangan.
“Baik bapak ibu saudara semuanya, demikian aksi sulap saya sekedar hiburan untuk menemani perjalanan Anda. Saya minta partisipasinya dari bapak ibu sekalian”. Si pengamen pun menutup aksinya sambil meminta partisipasi uang receh ke penumpang.
Aku hanya merasa lucu dan berkata dalam hati, “Kalau bisa merubah uang seribu menjadi 50 ribu ngapain harus ngamen mas. Mbok ya pilih aksi sulapnya yang lain aja”. Cuma saya ga tega mau ngomong langsung ke pengamen tersebut, hanya berkata dalam hati saja.
Kembali ke soal penggandaan uang. Pertanyaannya sama, kalau ada orang yang ngaku bisa menggandakan uang, kenapa dia harus repot-repot membuka jasa penggandaan uang. Ini kan jelas tidak masuk akal bagi orang-orang yang berpikir.
Baiklah, kalaupun orang itu bisa menggandakan uang, uang hasil penggandaannya mencuri dari mana, dan jelas itu tidak halal. Motif menggandakan uang juga biasanya didasari oleh sifat serakah dan cinta terhadap harta benda, padahal islam mengajarkan sebaliknya.
Maka, bagi kita orang yang berakal dan beriman, kalau mau dapat uang ya harus bekerja, harus berusaha, bukan mengharapkan sesuatu yang instan. Allah dan Rasulnya pun menyuruh kita untuk bekerja mencari karunia Allah.
“Apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah dan (seraya) ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian menjadi orang-orang beruntung.” (QS Al Jumuah 10)
Setelah bekerja dan mendapatkan harta, Allah juga meminta kita untuk mengeluarkan zakat (bila sudah memenuhi ketentuan) maupun sedekah.
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar, maha mengetahui.” QS At Taubah 103
Kata membersihkan berarti zakat membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta. Sedangkan kata menyucikan berarti zakat menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta mereka.
Dengan berzakat maupun bersedekah, justru Allah akan mengembangkan harta, memberikan keberkahan, dan memberikan ketenteraman bagi jiwa kita. Maka, tak perlu repot-repot untuk menggandakan uang dengan mendatangi dukun atau guru padepokan.
Cukuplah Allah tempat meminta dan bersandar, dan lakukan apa yang diperintahkan Allah melalui Alquran dan Hadits. Insya Allah, hidup akan berkecukupan, berkah, dan jiwa tenteram.
0 Komentar
Terimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.