Saat terlintas ingatan dosaku terdahulu, perih rasanya. Ingin ku buang ingatan itu, tapi tak bisa. Setiap malam, setiap saat selalu teringat. Memang, penyesalan selalu datang belakangan. Inilah hukuman bagi orang yang tetap nekat menerobos rambu-rambu Sang Pencipta.
Saat dosa dilakukan, memang terasa menggiurkan. Meskipun sulit, beribu cara dilakukan. Tak segan, kadang uang pun melayang untuk modal melakukan dosa. Namun, pasti terjadi gejolak di dalam hati saat melakukan dosa. Hawa nafsu bersemangat melakukan, tapi sebetulnya hati tidak menyetujuinya. Namun demikian, hawa nafsu selalu memenangkan pertempuran, dan dosa pun dilakukan.
Rasa percaya diri yang sudah dibangun dihadapan teman-teman, akhirnya mulai pupus karena begitu banyak dosa yang diperbuat. Reputasi yang sudah diraih juga harus direlakan hancur. Saat bertemu teman, muka rasanya ingin disimpan rapat-rapat. Perasaan malu selalu meliputi diri.
Hingga saat ini pun, ketika berinteraksi dengan teman yang sudah mengetahui dosaku, berat rasanya, canggung, malu, menyesal, semua jadi satu. Mahal memang, yang harus kita “bayar” untuk mengganti dosa-dosa yang telah dilakukan.
Pepatah seseorang mengatakan, “Barangsiapa yang menanam, maka ia akan memetik buahnya. Dan jumlah buah selalu lebih banyak dibanding biji yang kita tanam”. Betul sekali, kita hanya menanam satu biji, tapi saat tumbuh dan berbuah, buahnya muncul di setiap tangkai, puluhan bahkan ratusan jumlahnya.
Kita hanya melakukan satu dosa, tapi akibatnya tidak cuma satu, beruntun, kadang tidak habis-habis penderitaannya. Lalu kita pun mengeluh kenapa seperti ini, tanpa sadar dulu pernah menanam apa. Astaghfirullah....
Setiap manusia memiliki dosa, tapi tidaklah mudah untuk bangkit dari dosa besar. Kalau dulu sering memberikan nasehat dan motivasi, sekarang tak bisa lagi, mana mau didengar. Jiwa pun sudah hilang gairah untuk memberikan nasehat dan motivasi. Bagaimana mau memberikan nasehat, diri ini saja penuh dosa. Batinku bergejolak.
Mungkin, sebagian teman-temanku sudah memberikan cap negatif terhadapku. Akan tetapi, izinkan aku untuk berbuat kebaikan saat ini. Bukan untuk mengembalikan nama baik. Apalah mengejar pandangan manusia, sewaktu-waktu dapat berubah.
Biarkan dosa-dosaku menjadi tanggung jawabku. Orang-orang yang pernah aku dzolimi karena ulahku semoga memaafkanku. Yang ingin aku lakukan saat ini adalah berbuat baik dengan aktifitasku saat ini.
Aku hanya bisa mengambil hikmah, bahwa saat ini aku menjadi tidak mudah menghakimi seseorang bila berbuat dosa. Aku tidak punya celah untuk bersikap sombong. Aku hanyalah manusia yang ingin memperbaiki diri. Aku terima segala konsekuensi hidup yang aku alami saat ini. Yang aku tahu ampunan Allah begitu luas. Aku ridha.
0 Komentar
Terimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.