Qalbu : Hati atau Jantung?



Kita sering mendengar hadits populer tentang qalbu yang berbunyi :

“Alaa wainna fiil jasadi mudhghatan idzaa shalahat shalahal jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasadal jasadu kulluhu alaa wahiyal Qalbu”

Artinya : "Ketahuilah bahwasanya pada setiap tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, akan baiklah seluruh anggota tubuhnya. Namun apabila dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwasanya segumpal daging itu adalah qalbu", HR. Al-Bukhari dan Muslim.

Kita sering mengartikan qalbu dengan istilah hati, dan tak jarang pula kita memahaminya sebagai hati yang bersifat batiniah, perasaan, ataupun naluri. Namun, Rasulullah mengatakan dalam hadits di atas dengan istilah segumpal daging. Artinya bahwa qalbu memiliki bentuk fisik, bahwa qalbu merupakan salah satu organ dalam tubuh manusia.

Lalu, apakah segumpal daging yang dimaksud adalah hati seperti yang sering kita sebut selama ini? Sebagai organ tubuh, hati memiliki fungsi menawar dan menetralkan racun (detoksifikasi).

Dalam hadits disebutkan bahwa mudhghoh atau segumpal daging itu adalah qalbu, yang memiliki makna bergetar bolak balik. Hal ini merujuk pada jantung yang memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Getaran yang dilakukan jantung juga dapat terlihat dalam grafik hasil rekaman alat Electro Cardiograph.

Qalbu adalah jantung juga dikuatkan dalam ayat penciptaan manusia (Al Mu’minun : 14) bahwa setelah terbentuk segumpal darah (alaqoh) lalu terbentuk segumpal daging (mudhghoh). Dan kita ketahui, bahwa organ yang pertama kali terbentuk dalam janin adalah jantung. Jantung pun mulai menjalankan fungsinya sejak embrio dalam kandungan berusia 21 hari.

Kemudian diperkuat lagi dalam Alquran surat Al Hajj ayat 46 yang artinya :

“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”

Disebutkan dalam surat Al Hajj ayat 46 di atas dua kata qalbu yang diartikan dengan hati bahkan akal, dan dalam kalimat terakhir disebutkan bahwa hati yang ada di dalam dada. Organ tubuh yang memiliki peran sentral dan terletak di dalam dada adalah jantung, bukan hati.

Lalu, muncul pertanyaan, dalam ayat di atas disebutkan bahwa qalbu dapat memahami. Memahami yang dimaksud di sini adalah dalam hal memahami ayat-ayat Allah dan juga tanda-tanda kebesaran Allah yang dihamparkan di bumi dan alam semesta. Pertanyaannya, apakah qalbu dapat memahami?

Penelitian terkini menunjukkan bahwa jantung dapat memahami perasaan, memiliki memori, dan mempunyai pengaruh besar terhadap otak. Komposisi jantung berisi jaringan neuron rumit yang mengeluarkan hormon-hormon pengendalian ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung dapat mengingat, merasa, dan mengendalikan emosi pada setiap detakannya dengan mengirimkan pesan-pesan ke otak dan semua organ-organ tubuh. Pesan-pesan tersebut merupakan sinyal-sinyal elektromagnetik yang berubah sesuai kondisi jantung.

Kita dapat melihat, bahwa jantung tak hanya bertindak sebagai organ yang melakukan fungsi fisik di dalam tubuh. Namun, jantung juga memiliki peran dalam hal perasaan, emosional, bahkan juga spiritual.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah bergetarlah qalbu mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”, QS Al Anfaal ayat 2.

Dalam surat Al Anfaal ayat 2 disebutkan bahwa jantung akan memberikan respon berupa getaran apabila disebut nama Allah, yakni qalbu nya orang-orang beriman, masya Allah.

Dalam berbagai kondisi emosional, jantung juga akan memberikan respon detakan yang berbeda-beda. Bila sedang marah maka jantung akan berdetak kencang dan tak beraturan, bila bertemu dengan orang yang dicintai maka jantung akan berdebar-debar, saat sedang ketakutan jantung menjadi gemetar dan membuat merinding ke seluruh tubuh, ketika menyimpan dendam atau dengki maka jantung seperti terasa panas dan membuat perasaan menjadi gelisah. Seringkali, kondisi jantung seperti itu akan berakibat terhadap kesehatan anggota tubuh yang lain, seperti sakit perut, sakit kepala, diare, demam, dan gejala penyakit lainnya.

Berbeda halnya ketika seseorang yang rajin berdzikir, membaca Alquran, dan khusyuk dalam shalatnya, maka jantung akan berdetak normal dan membuat jiwa menjadi tenang, ragapun juga akan terjaga kesehatannya.

Pada 11 Agustus 2007 lalu, koran Washington Post memuat laporan mengenai Peter Houghton yang melakukan operasi pencangkokan jantung buatan. Peter merasa telah kehilangan perasaan dan kemampuan untuk mencintai orang-orang dekatnya. Perasaannya menjadi hambar, kondisi emosional juga menjadi datar.

Prof. Gary E. Schwartz spesialis kejiwaan di Universitas Arizona melakukan penelitian melibatkan lebih dari 300 pasien yang melakukan operasi pencangkokan jantung. Dia menemukan kalau semua pasien itu mengalami berbagai perubahan psikologis setelah operasi.

Kejadian menakjubkan juga terjadi pada seorang wanita yang bersuami pria atheis. Pria atheis tersebut mengakhiri hidupnya dengan menembak kepalanya sendiri. Dokter mengatakan bahwa jantung pria tersebut sehat, lalu dicangkokkan pada seorang pria lain yang membutuhkan. Lalu, pada satu waktu, secara tidak sengaja pria tersebut bertemu dengan wanita janda mantan istri pria atheis tadi.

Saat ia melihat janda ini, ia merasa telah mengenalnya. Lalu, muncullah rasa cinta dan akhirnya mereka menikah. Yang mengejutkan, pria tersebut menjadi atheis dan kemudian bunuh diri dengan cara yang sama yakni menembak kepalanya sendiri.

Dari cerita di atas, dapat dilihat bahwa bila jantung seorang A dicangkokkan kepada seorang B, maka B akan mempunyai sifat, perilaku, emosional, dan keimanan dari seorang A. Artinya jantung merupakan pusat kendali tubuh. Di dalam jantung tersimpan memori, perasaan, sifat, emosional, keimanan, dan segala informasi lainnya.

Masya Allah, dari sini kita kembali menemukan kebenaran akan hadits Rasulullah mengenai segumpal daging, bila baik maka akan baik seluruh tubuh, bila rusak maka akan rusak seluruh tubuh. Allahu a’lam.
Baca juga:

Posting Komentar

0 Komentar