GGB (Ganteng Ganteng Becak) – Bagian Akhir



Pengalaman yang aku ceritakan di GGB bagian II adalah saat aku duduk di bangku SMP dan SMA. Kadang aku sedikit malu sama teman-teman SMP atau SMA yang tahu profesi sampinganku. Apalagi kalau teman cewek yang tahu, bisa runtuh dong pesonaku.

Tapi untungnya dulu aku siswa yang cukup diandalkan dalam pelajaran matematika, pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa di sekolah. Jadi, aku cukup disegani, banyak yang minta diajarin atau minta dicontekin saat ulangan (yang ini jangan ditiru ya).


Aku kuliah di Undip Semarang, kadang-kadang aku pulang kampung ke Pekalongan kalau pas lagi luang, maklum aktivis banyak agenda. Pas pulang kampung, aku pun masih melayani orderan, seringnya ibu-ibu, bahkan seingatku yang bapak-bapak belum pernah.


Kali ini kembali ibu hamil yang order layanan becakku. Aku pun mengantarnya. Aku udah punya handphone, Nokia 3310. Jadi, kemana-mana selalu aku sakuin, maklum baru pertama punya HP masih seneng-senengnya.


Di perjalanan HP bunyi ada telepon, aku angkat aja, kan ngga ada larangan tukang becak telepon sambil nyetir. Karena udah mahir mbecaknya, tangan kiri pegang HP tangan kanan pegang kemudi becak. Ternyata telepon dari Bu Anna bagian kemahasiswaan di Fakultas Teknik. Saat itu aku aktif di BEM bagian kesejahteraan mahasiswa.


“Halo dek Imam, ini ada beasiswa lagi untuk 700 orang tolong carikan mahasiswanya ya.”


“Iya bu Anna, siap. Untuk semester berapa bu? Mahasiswa baru boleh? Apa ada ketentuan jurusannya?”


“Minimal semester 3 dek Imam, semua jurusan boleh.”


“Oke bu Anna, nanti saya koordinasikan dengan ketua-ketua HM ya bu untuk disosialisasikan. Paling lambat kapan bu saya harus dapat orangnya?”


“Ya paling tidak 3 bulan ini lah ya sudah bisa dapet 700 orang.”


Oke bu siap.


Dalam hati ibu hamil penumpang becakku itu mungkin berkata, “weleh-weleh ini tukang becak urusannya keren amat.”


Kisah masih berlanjut ketika perjalanan pulang. Di pinggir jalan ada cewek ngeliatin aku trus. Aku sih cuek aja pura-pura ngga lihat, tetep fokus saja ngayuh becaknya. Eeh, pas sudah lewat depan dia, cewek itu neriakin, “ganteng ganteng mbecak!”.


Wah, kakiku langsung lemes, hati berdebar-debar. Itu cewek orang kedua yang bilang aku ganteng setelah ibuku. Di tempat umum pula sambil teriak. Cuma yang bikin ngga enak ada kata becak nya itu loh, hehe. Aku kan jadi senyum-senyum malu gitu.


Yah, begitulah sekelumit kisah tentang aku dan becak, sampai aku diteriakin ganteng-ganteng becak. Untungnya ngga diteriakin ganteng-ganteng serigala, hihi.


Kini, becak kenangan itu sudah ngga ada. Ibu sudah ngga jualan di pasar. Tahun 2011 bapak di PHK karena pabriknya bangkrut, lalu bapak fokus kerja narik becak.


Pada Januari 2012 saat bapak sedang narik becak, bapak ditabrak mobil dari belakang, sehingga harus dioperasi pinggangnya. Becaknya rusak, bapak pun mengalami kecacatan.


Kini jalannya agak pincang dan persendian pinggangnya sudah tidak kuat lagi seperti semula. Padahal, bulan Mei nya aku sudah merencanakan pernikahan. Akhirnya dengan terpaksa bapak tidak bisa datang ke acara pernikahanku.


Pengalaman yang aku ceritakan di atas membuat aku semakin memahami akan perjuangan orang tua. Makanya sekarang aku sudah tidak berani membantah, melawan, ataupun menyakiti hati orang tua. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua selagi mereka masih hidup.
Baca juga:

Posting Komentar

1 Komentar

  1. barakolloh mas Imam ...siapa yang sering menolong orang lain pasti Alloh akan menolongnya, betapa bahagianya orang tua yang memiliki anak seperti mas haqi ini ,mungkin klo sekarang mah pasti bilangnya "ganteng-ganteng jadi pejabat" he..he..

    BalasHapus

Terimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.