Pejuang dari Serambi Mekkah



Sekitar pukul 12.40 aku tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda Aceh dalam rangka menunaikan program Road to Kampung Inspiratif Indonesia, sebuah program pemberian apresiasi dan bantuan Dompet Dhuafa (DD) terhadap komunitas dan individu yang melakukan program pemberdayaan secara unik dan kreatif yang memberikan manfaat terhadap masyarakat di sekitarnya. 

Saat tiba di sana, aku langsung teringat akan bencana tsunami tujuh tahun silam yang memporak-porandakan kota ini. Akan tetapi, kota ini sudah kembali indah seperti sedia kala. Masyarakatnya pun sangat ramah kepada orang luar yang berkunjung ke sana. Hanya saja, banyak terdapat janda ataupun anggota keluarga yang sebatang kara karena ditinggal pergi sanak saudaranya karena tsunami.

Keluar bandara, aku langsung pergi ke pasar ikan bersama orang DD Aceh untuk menemui penerima penghargaan kampung inspiratif dari Aceh yaitu Ibu Marlina. Aku bertemu dengan sosok yang rendah hati dan murah senyum. Beliau adalah seorang doktor kimia yang sekarang berprofesi sebagai dosen di Unsyiah Aceh. “Oh, saya juga Teknik Kimia bu, dari Undip Semarang”, kataku kepadanya.

Aku bertanya mengenai aktifitas program yang ia lakukan, lalu ia pun menceritakan mengenai sepak terjang beliau dalam aktifitas sosial kemasyarakatan yang ia lakukan di samping profesinya sebagai dosen. Dengan ilmu yang dimiliki, beliau meneliti dan meracik resep olahan ikan menjadi produk-produk khas ikan yang enak, unik, dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. 

Sebelumnya, para nelayan kebingungan ketika hasil tangkapan ikan melimpah karena tidak tahu sisanya mau diapakan, dan harganya pun menjadi turun. Dengan adanya Ibu Marlina, maka para nelayan tidak perlu lagi kebingungan untuk menjual tangkapannya yang melimpah karena ikan-ikan tersebut akan dibeli secara rutin sebagai pasokan bahan baku dalam produksi makanan khas olahan ikan.

Nah, untuk memproduksi makanan khas olahan ikan ini, Ibu Marlina memberdayakan ratusan janda dan ibu-ibu pengangguran di dua kota yaitu Banda Aceh dan Aceh Tamiang. Beliau memberikan pelatihan secara rutin dan berkala terhadap mereka dengan dilengkapi modul yang telah beliau buat. 

Dengan adanya program ini, maka ada dua komunitas yang Ibu Marlina berdayakan, yaitu nelayan dan ibu-ibu pengangguran. Nelayan menjadi meningkat penjualan ikannya dan ibu-ibu pengangguran menjadi punya penghasilan rutin setiap bulannya.

Setelah mengunjungi beberapa tempat produksi di Banda Aceh, malam harinya aku melakukan perjalanan ke Aceh Tamiang dengan waktu tempuh sekitar 10 jam. Pagi harinya aku langsung berkeliling ke tempat-tempat produksi yang ada di sana. 

Masya Akkah, selama ini berarti Ibu Marlina sering bolak-balik Banda Aceh-Aceh Tamiang untuk memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di sana. Semua itu beliau lakukan demi pengabdian dan kepeduliannya terhadap sesama, juga demi menerapkan ilmu yang dimilikinya untuk kebermanfaatan masyarakat.

Seharian sudah aku berkeliling ke 5 titik produksi di Aceh Tamiang. Sore harinya kami mengadakan acara buka bersama sekaligus ceremonial penyerahan penghargaan dan bantuan kepada Ibu Marlina guna mengembangkan program yang dilakukan. Turut hadir Bupati Aceh Tamiang, Sekda, Ketua Dekopinda, dan Dekan Fakultas Mipa Unsyiah. Mereka sangat merespon baik program Dompet Dhuafa ini dan berharap kerjasama bisa berlanjut untuk ke depannya.

“Produk-produk ini sangat potensial untuk menjadi oleh-oleh khas Aceh. Kalau kita pulang dari Palembang naik pesawat maka kita akan melihat bagasi yang penuh dengan pempek dan kerupuk khas Palembang. Nah, kalau kita pulang dari Aceh maka Insya Allah bagasi pesawat akan dipenuhi dengan produk-produk Bu Marlina sebagai oleh-oleh khas Aceh”, kataku saat memberikan sambutan.

Malamnya pun setelah buka puasa bersama, aku langsung kembali ke Banda Aceh karena keesokan harinya aku harus sudah kembali ke Jakarta untuk melanjutkan perjalanan ke daerah lain. Sebuah perjalanan yang sangat memberikan inspirasi dan tambahan semangat bagiku untuk semakin memberikan manfaat kepada orang lain.

Bagi teman-teman yang ingin menjadi dosen, Ibu Marlina bisa menjadi salah satu refrensi keteladanan dan sumber inspirasi.
Baca juga:

Posting Komentar

0 Komentar