Salah satu cara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia adalah menggeluti dunia perdagangan. Perdagangan meniscayakan penjual dan pembeli. Penjual menyediakan barang atau jasanya yang dibutuhkan pembeli/konsumen. Pembeli haruslah memiliki sejumlah uang sebagai kompensasi untuk membeli sesuai kehendaknya.
Keadaan diatas menyerupai kehidupan seorang muslim dalam hubungannnya dengan penciptanya Allah swt. Ada banyak ayat dalam Al-qur’an yang menjelaskan bagaimana Allah swt membuat transaksi jual beli dengan hambaNya. Kelihatan janggal memang, kenapa Allah berjual beli dengan manusia? Padahal kita semua tahu, hakikatnya manusia, alam semesta dan kehidupan adalah milik Allah swt. Lantas kenapa Allah berjual beli dengan manusia? Terus apa yang dibeli oleh Allah dari hambaNya?
Setelah menelaah secara teliti ayat-ayat yang berkaitan dengan redaksi jual beli antara Allah dengan hambaNya ternyata menunjukkan balasan Allah swt atas sikap hambaNya terhadap risalahNya. Allah swt memberi perumpamaan hubungan hamba dengan RabbNya dengan hubungan jual beli. Allah swt membeli daripada hambaNya dengan berupa balasan ampunan, rahmat dan surga yang begitu luas. Ketiganya sangat diharapkan oleh semua manusia. Tetapi Allah swt hanya mau membeli dari hambaNya berupa ketaatan penuh kepadaNya, pengorbanan tertinggi dalam memperjuangkan Risalah syariatNya, dan membeli setiap nyawa yang dipertaruhkan dalam jihad fi sabilillah. Posisi hamba dalam berjual beli dengan Allah swt adalah dengan menjual dirinya -dengan fasilitas dunia yang dilimpahkan kepadanya- demi meraih kebahagiaan akhirat.
Demikian, Allah tidak malu-malu bertransaksi kepada hambaNya. Allah sangat mengharapakan seorang hamba agar mau menerima transaksi ini sepanjang hayatnya dengan Allah. Karena hanya kepada Allah semata manusia itu seharunya menjual dirinya. Bukan kepada yang lain. Lazimnya dalam dunia perdangan, tidak selama untung. Untung dan rugi adalah hal biasa. Manusia dikatakan merugi besar apabila salah sasaran kepada siapa dia seharusnya bertransaksi dan apa yang ia jual. Manusia tidak boleh menjual hidupnya dengan membeli dunia. Artinya manusia menjadikan dunia sebagai tujuannya, sehingga segala apa yang dimilikinya diperuntukkan untuk membeli dunia. Manusia juga tidak layak menjual diri selain kepada Allah swt. Dia mengabaikan Allah sebagai Dzat yang seharusnya tempat untuk menjual diri. Karena dunia tidak akan membeli darinya kecuali angan-angan semu dan kenikmatan yang tidak sebanding dengan kebahagian akhirat yang akan diberikan Allah swt. Akhirat adalah negeri abadi dan kebahagiaan yang hakiki. Dunia adalah sebatas permainan yang melalaikan, begitulah Allah swt memberi perumpamaan (lihat QS. An Nisa: 77; Al-An’am:32). Orang yang demikan adalah orang yang tersesat dan merugi. Allah swt menggambarkan dibeberapa firmanNya;
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk” (TQS. Al-Baqarah [1]:7).
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا بِالآخِرَةِ فَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (TQS. Al-Baqarah [1]:86)
Begitu pula ayat yang menerangkan kondisi umat terdahulu yang telah menolak bertransaksi dengan Allah melalui rasulNya.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يَشْتَرُونَ الضَّلالَةَ وَيُرِيدُونَ أَنْ تَضِلُّوا السَّبِيلَ
“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar)” (TQS. An-Nisa’ [4]:44).
Diantara manusia juga ada yang sengaja menjual ayat-ayat Allah dengan berharap kedudukan dunia beserta kekayaanya. Padahal mereka memahami kewajiban menyampaikan ayat-ayat Allah dengan memperjuangkan syariat Islam dalam kehidupan bernegara dan masyarakat. Tetapi silaunya kenikmatan dunia telah membutakan mata hati dan fikiran. Mereka lebih menjual dirinya demi mengabdi pada sistem thaghut dengan beribu alasan seperti menikmati demokrasi atau atas nama strategi dakwah (kata mereka) dan sebagainya. Kalaupun mereka mendapat keuntungan dengan mendapatkan harta dan jabatan yang mereka incar , hanyalah keuntungan yang semu, karena kenikmatan itu nantinya diakhirat justru berbalik menjadi azab api neraka yang bakal membakarnya. Allah swt mengingatkan dalam firmanNya;
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلا النَّارَ وَلا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih” (TQS. Al-Baqarah [1]:174).
Dilanjutkan ayat berikutnya;
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka! “(TQS. Al-Baqarah [1]:175).
Lain halnya, bagi hamba Allah yang senantiasa mukhlis untuk berjual beli dengan Allah. Mereka hanya mau menjual dirinya dengan Allah. Hamba yang sholeh ini menjual segala kenikmatan yang dianugerahkan kepadanya berupa jiwa, harta serta nyawanya demi kenikmatan akhirat yang dibelinya langsung dari Allah swt. Berjual beli dengan Allah swt tidak ada ruginya sama sekali. Keuntungan demi keuntungan berlipat akan kita dapatkan, tidak menipu, plus bonus melimpah didunia apalagi diakhirat. Allah swt berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (TQS. Muhammad [47]:7).
Terakhir, apa yang akan kita jual dihadapan Allah? Yaitu dengan mengorbankan diri berupa harta, jiwa, tenaga, fikiran bahkan nyawa untuk taat kepada Allah swt. Manifestasinya ia selalu berupaya keras untuk melejitkan kualitas ibadahnya dengan menjalankan segala kewajiban yang diamanahkan serta menghiasi diri dengan sunnah yang akan semakin menambah daya beli dirinya dihadapan Allah. Allah swt berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”, (TQS. At-Taubah [35]:29)
Tidak ketinggalan secara giat terjun dalam barisan para pejuang syariah yang mengembalikan kejayaan Islam dengan menegakkan khilafah islamiyah. Kesadaran itu muncul dari relung aqidah yang paling dalam , karena selama syariah dan khilafah belum terwujud dimuka bumi, segala problematika kehidupan tidak akan dapat diselesikan dengan syariah. Itu artinya penderitaan umat islam akibat dominasi penjajahan kapitalisme oleh negara-negara penjajah tidak akan dapat dihapuskan dari muka bumi. Begitu pula kerinduan untuk berjihad fii sabilillah dibawah bendera khilafah yang merupakan keagungan dan cita-cita seorang muslim sulit untuk terwujud. Padahal jihad adalah modal utama seorang muslim dalam menjual dirinya kepada Allah swt. Allah swt berfirman;
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (TQS. At-Taubah [9]:111)
Wahai kamu muslimin, sekali lagi tidakkah kita merasa bergegas untuk menerima transaksi dengan Allah swt, inilah perniagaan yang tidak akan pernah rugi. Allah swt berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ10
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ11
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (TQS. Ash-Shaff [61]:10-11)
Semoga kita menjadi golongan orang yang beruntung dengan perniagaan ini. Siapa yang ingin beruntung, maka ikutilah, jangan sampai ketinggalan!.Wallahu a’lam bishowwab.
Di kutip dari Mush’ab Abdurrahman
1 Komentar
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapusTerimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.