Setelah mengikuti kajian motivasi di Dompet Dhuafa, saya jadi teringat sebuah pengalaman saya sewaktu kuliah. Saat itu saya sudah semester tujuh akhir, artinya saya sudah tidak menerima beasiswa lagi dan fasilitas asrama, karena saat kuliah saya menerima beasiswa dan diasramakan gratis selama tiga tahun.
Ketika sedang menerima beasiswa, saya terjebak dalam zona nyaman dan asyik berorganisasi sehingga saya lupa mempersiapkan bagaimana untuk memenuhi biaya kuliah dan biaya hidup setelah tidak mendapatkan beasiswa lagi. Ditambah, waktu itu pun saya dipercayakan untuk memegang jabatan kepala departemen pengabdian masyarakat di BEM Universitas sehingga mobilitas pun jadi tinggi dan uang juga cukup banyak keluar untuk keperluan organisasi.
Alhasil, setiap hari saya harus selalu berpikir tiga hal, pertama kuliah dan skripsi saya, kedua organisasi, ketiga bagaimana mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan perut dan kuliah saya.
Suatu hari, di siang hari yang panas saya baru saja pulang dari beraktivitas ke rumah kontrakan sederhana yang saya tinggali sehari-hari bersama 9 mahasiswa lainnya dari berbagai jurusan dan angkatan. Setelah menaruh tas, saya duduk di sofa hitam depan televisi 14” yang sudah jadul. Televisi tidak saya hidupkan tetapi saya hanya duduk diam berpikir sendiri, kebetulan saat itu rumah kontrakan sedang sepi.
Yang sedang saya pikirkan adalah bagaimana untuk bisa bertahan hidup sampai minimal tiga hari ke depan karena saat itu kondisi keuangan sudah menipis sedangkan gajian dari hasil les private masih lama.
Yang sedang saya pikirkan adalah bagaimana untuk bisa bertahan hidup sampai minimal tiga hari ke depan karena saat itu kondisi keuangan sudah menipis sedangkan gajian dari hasil les private masih lama.
Dengan tetap berpikir positif, berprasangka baik, dan yakin akan pertolongan Allah, saya terus merenung memikirkan nasib saya. Dalam hati saya berkata bahwa saya tidak akan menyalahkan siapapun termasuk ekonomi orang tua dan organisasi yang saya ikuti. Saya tetap saja yakin dan tenang bahwa saya akan mendapatkan rezeki dari Allah.
Tak lama kemudian, handphone nokia 1650 saya berbunyi, saya lihat ternyata nomor tak dikenal dan kemudian saya angkat.
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam, betul dengan mas Imam Baihaqi dari teknik kimia?”
“Iya betul, mohon maaf dengan siapa ya? Ada yang bisa dibantu?”
“Saya Tia mas dari mahasiswa fakultas peternakan, kami bermaksud mengundang mas Imam sebagai pembicara di acara LDO fakultas peternakan besok minggu jam 9 pagi, gimana mas, bisa?”
“Oh iya bisa mba Tia, materinya apa?”
“Materinya motivasi mas. Oh iya sebelumnya maaf mau nanya mas, mas Imam biasanya tarifnya berapa kalo ngisi?”
Dalam hati saya kaget bercampur senang, tidak biasanya ada panitia yang mau ngasih fee ketika memanggil saya untuk jadi pembicara, koq bisa pas banget dengan kondisi saya yang sedang kehabisan uang. Lalu dengan bahasa diplomasi tanpa mau menolak pemberian fee, saya menjawab,
“Wah, saya ga biasa ngasih tarif kalo ngisi, tapi kalo memang panitia ada anggaran ya silakan. Tapi jangan sampai dipaksakan ya.”
“Mmmmmmm, mas Imam kalo 200 ribu kurang ga?”
“Oh ga ga ga, tapi bener jangan sampe dipaksakan ya, nyante aja.”
“Oke deh, trus mas Imam mau dijemput?”
“Boleh deh, saya belum tahu lokasi acaranya juga. Jemput aja di Gondang Timur Bulusan, rumah pas di pertigaan.”
“Oke mas Imam, makasih. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam warohmatullah.”
Subhanallah, saat itu saya langsung bersyukur sama Allah bahwa benar-benar nyata pertolongan Nya. Betul bahwa rezeki Allah bisa datang dari jalan yang tidak disangka-sangka. Saya juga teringat dengan materi “Energi Positif” nya Pak Jamil Azzaini bahwasanya ketika kita sekarang melakukan kebaikan maka kebaikan tersebut akan tersimpan dalam energi positif yang nanti suatu saat akan kita dapatkan kembali dalam bentuk yang berbeda.
Nah, berorganisasi bukanlah suatu kesia-siaan tenaga dan harta, melainkan menabung energi positif. Ketika kita dalam kesempitan, maka Allah akan menolong kita dengan kuasa Nya. Mari kita sama-sama jangan takut ketika berjuang di jalan Allah dan selalu menjadikan Allah sebagai sebaik-baik penolong bagi kita.
Nah, berorganisasi bukanlah suatu kesia-siaan tenaga dan harta, melainkan menabung energi positif. Ketika kita dalam kesempitan, maka Allah akan menolong kita dengan kuasa Nya. Mari kita sama-sama jangan takut ketika berjuang di jalan Allah dan selalu menjadikan Allah sebagai sebaik-baik penolong bagi kita.
0 Komentar
Terimakasih telah mampir dan membaca, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan komentar.